blog-indonesia.com

Selasa, 13 April 2010

UAV 530 selesai 2010


JAKARTA : Unman Areal Viachle (UAV-530) atau wahana terbang nir awak saat ini memasuki tahap uji coba kendali dan ditargetkan rampung pada 2010. UAV didesain memiliki struktur sayap yang dapat dirampingkan sehingga mampu menjelajah wilayah yang sulit ditempuh pesawat kecil biasa.

“Wahana terbang tanpa awak ini dapat digunakan untuk menjelajah wilayah sulit yang tidak mampu dilakukan bahkan pesawat kecil biasa. Seperti pemantauan wilayah kebakaran hutan, atau wilayah tsunami dan lain sebagainya,” ujar Hari Purwanto, Asisten Deputi Program Tekno Ekonomi Kementerian Negara Riset dan Teknologi disela-sela Rapat Lintas Koordinasi Lintas Sektor Pengembangan Iptek Dirgantara Menuju UAV-530 di Bandung, Jumat (28/12) .

Program UAV dimulai sejak Maret 2007 dengan melibatkan beberapa instansi pemerintah, BUMN, perguruan tinggi, serta kalangan swasta dibawah koordinasi Kemenegristek. Instansi pemerintah yang terlibat dalam pengerjaan proyek ini, diantaranya Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), serta Balitbang TNI-AU, Balitbang Departemen Pertahanan. Selain itu, juga didukung PT Pindad, PT LEN, PT Dirgantara Indonesia, ITB dan lain sebagainya.

UAV-530 nantinya akan dikendalikan melalui system komunikasi yang ditempatkan di darat atau remotely piloted viachle (RPV). “ UAV akan dilengkapi dua sistem komunikasi, yaitu untuk kendali pilot dan kamera yang secara realtime akan dipantau di darat atau ground station,” ujarnya.

Hingga Desember 2007 telah disiapkan beberapa jenis prototype untuk dilakukan ujicoba menuju tahapan UAV-530. Prototipe tersebut, yaitu low speed (berkecepatan rendah ) dan high speed (berkecapatan tinggi).

Prototipe low speed akan diujicobakan pada Januari tahun depan. “Pada tahap itu, masih diujicobakan secara internal. Dan, diperkirakan akan benar-benar siap sekitar April,” ujarnya. Prototipe low speed ini memiliki kecepatan hingga 180 km/jam diatas ketinggian sekitar 1 km dan radius operasional 15 km.

Sedangkan, protipe kedua yaitu high speed, kini tengah disiapkan. Prototipe ini memiliki kecepatan 380 km/jam diatas ketinggian 1 km. “Ujicoba ini masih menggunakan bahan baker biasa. Namun, UAV-530 nantinya menggunakan avtur,” ujarnya. (Lea)

Pesawat terbang tanpa awak Indonesia itu belum diberi nama. Pesawat berbobot 35 kilogram tersebut hanya disebut sebagai Unmanned Aerial Vehicle (UAV). Panjangnya sekitar 2,5 meter dengan rentang sayap sekitar 5 meter.

Sepintas UAV sangat mirip dengan pesawat intai tanpa awak buatan AS seperti Predator atau Global Hawk. Hanya, bentuknya sedikit lebih kasar dibanding kedua pesawat tanpa awak yang menjadi andalan militer AS sebelum menyerang Iraq tersebut.

Badan UAV berbentuk seperti ujung pensil dan panjang. Sedangkan pada bagian belakang terdapat sebuah mesin piston mini, lengkap dengan propeller yang menjadi tenaga penggerak utama.

Berbeda dengan pesawat terbang konvensional, bagian belakang pesawat ini dilengkapi sepasang sirip datar (vertical stabilizer, Red) dan tiga sirip tegak (horizontal stabilizer, Red). Untuk kepentingan pengintaian, di bawah badan pesawat dipasang kamera mini. Sedangkan untuk mengirim hasil jepretannya, digunakan antena yang terhubung langsung dengan satelit melalui sinyal GPS.

Soal kemampuan, UAV mampu mengudara 3 jam tanpa mengisi bahan bakar. Selain itu, UAV mampu terbang hingga ketinggian 3 ribu feet atau sekitar seribu meter. Sedangkan untuk jarak terbang, UAV dikontrol melalui sebuah Ground Control Station pada jarak 20 kilometer.

Menurut Direktur Teknologi dan Industri Dirjen Sarana dan Pertahanan (Ranahan) Dephan Suwendro, UAV merupakan salah satu hasil pengembangan teknologi paling mutakhir Indonesia. Suwendro menjelaskan, UAV baru rampung dikembangkan akhir 2003 silam.

Dia juga menuturkan, research and development untuk membangun UAV tersebut membutuhkan waktu 3 tahun. "Saat ini UAV siap diujicobakan untuk melaksanakan tugas-tugas pengintaian," kata perwira berbintang satu ini.

Soal dana, Suwendro menjelaskan, proyek itu menelan dana Rp 7 miliar. "Saat ini kita telah memiliki 5 pesawat intai tanpa awak," terangnya.

Suwendro juga mengakui, pembuatan pesawat terbang intai tanpa awak tersebut diilhami pesawat sejenis buatan AS. Hanya, lanjutnya, untuk UAV telah dilakukan beberapa penyesuaian, khususnya dengan kepentingan tugas di Indonesia.

Menurut Suwendro, UAV dirancang khusus untuk menunjang tugas-tugas tempur Komando Stategis TNI-AD (Kostrad). "Karena itu, merekalah yang kita bidik sebagai pasar bagi UAV ini," terangnya.

technologyindonesia

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More