blog-indonesia.com

Senin, 27 September 2010

Teknologi 3G Kurang Mendapat Tanggapan di Indonesia

London (ANTARA News) - Penyedia jasa telekomunikasi di Indonesia pernah berharap besar dengan teknologi 3G yang aplikasi berbasis teknologi dengan harapan terjadi perbaikan pada revenue per user, pada kenyataannya layanan mobile TV yang dijalankan infrastruktur 3G milik operator nasional tidak memperoleh tanggapan dari pelanggan.

Hal itu disampaikan pakar telekomunikasi Indonesia Andri Qiantori yang menjadi salah satu pembicara di International Conference on Wireless and Mobile Communications, yang berlangsung di Valencia, Spanyol dari tanggal 19 sampai 26 September.

PhD candidate di University of Electro-Communications, Tokyo kepada koresponden Antara London dalam surat elektroniknya, Senin mengakui begitu besar harapan yang dibebankan pada salah satu layanan multimedia seperti mobile TV yang diharapkan menjadi awal kisah suskses layanan digital mobile TV yang implementasinya terus dilakukan secara progresif.

Menurut Andri Qiantori, user acceptance model yang telah diperbaiki pernah dilakukan uji coba pada pengguna mobile TV di Indonesia Januari lalu dan juga pada pengguna layanan mobile TV Jepang sejak awal September .

Begitu pula harapan yang dibebankan pada salah satu layanan multimedia seperti mobile TV Namun pada kenyataannya layanan mobile TV yang dijalankan operator nasional belum mendapatkan tanggapan yang baik dari pelanggan, ujarnya menambahkan bahwa lisensi 3G diberikan kepada tiga operator pemenang tender baru baru ini.

Dikatakannya ketika suatu layanan telekomunikasi tidak menarik minat pengguna, maka penyedia jasa akan segera berasumsi bahwa ongkos layanan yang harus dibayar menjadi penyebab utama kegagalannya.

Sayangnya evaluasi selalu berfokus hanya pada usaha mereduksi ongkos layanan agar menjadi lebih kompetitif walapun akhirnya harus menanggung tekanan keuangan yang berat, ujar Andri Qiantori yang membahas ?3G Mobile TV Acceptance in Indonesia.?

"Andri Qiantori , PhD candidate tahun ketiga dari Social Intelligence and Informatics Lab di Graduate School of Information Systems, University of Electro-Communications, Tokyo salah satu tema riset disertasi tentang ICT diffusion di developing countries.

Menurut Andri, adalah mudah untuk menduga tingginya ongkos yang harus dikeluarkan pengguna menjadi penyebab, namun apakah hal tersebut dapat dibuktikan secara scientific belum pernah dilakukan.

User acceptance model yang ada selama ini dikenal masih belum dapat memperbaiki tingkat akurasi terutama pada layanan yang punya karakteristik khusus dan ada pada lingkungan dengan interaksi sosial yang tidak terduga.

Untuk itu diperlukan perbaikan model yang dapat mengakomodasi dengan lebih lengkap setiap faktor yang mempengaruhi pelanggan mobile TV dalam mengambil keputusan untuk menggunakan layanan tersebut.

Diakuinya elemen-elemen yang membangun sikap seorang pengguna layanan masih harus dilengkapi dengan alasan utama dalam layanan yang menjadi critical factor seperti kualitas dan ketersediaan (availability).

Pengaruh besar dari luar individu juga ditambahkan seperti ketergantungan pada lingkungan sosial terdekat yang tentunya tawaran ongkos layanan yang akan mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan.

Faktor-faktor utama yang diduga mempengaruhi user accepatance pada kedua lingkungan sosial yang berbeda ini menunjukkan lingkungan sosial masyarakat Indonesia sangat didominasi oleh pengaruhi lingkungan terdekat dibandingkan sikap rasional mereka terhadap ongkos layanan yang tawarkan penyedia jasa telekomunikasi.

Hasil ini berbeda signifikan dengan masyarakat pada lingkungan sosial yang lebih terbiasa dengan inovasi dan teknologi baru yang menunjukan pengaruh lingkungan sosial terdekat dalam pengambilan keputusan menjadi tidak berarti, demikian Andri Qiatori ayah dari Adziqa Amara Qiantori dan Faiq Farrasi Qiantori dari hasil perkawinannya dengan Dokter Irma Ruslina, yang bekerja di Sariasih Hospital, Hasan Sadikin Bandung. ‎ (ZG/K004)


antaranews

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More