blog-indonesia.com

Minggu, 22 Mei 2011

Batik Solo Coba Mendunia Lewat Internet

Pengrajin batik (ash/inet)

Solo - Batik, sebagai kekayaan budaya Indonesia ternyata tak hanya dinikmati masyarakat Tanah Air. Negara lain pun mampu terpikat olehnya. Internet jadi peluang untuk menduniakan batik ini.

Usaha untuk membawa batik ke pentas global salah satunya tengah diusahakan oleh para pengusaha di Kampoeng Batik Laweyan, Solo.

Dhany Arifmawan, pemilik graha batik Cempaka mengatakan, meskipun batik sangat identik dengan identitas Indonesia, namun juga diminati banyak negara. Usaha batik Solo yang dijalankan oleh Dhany misalnya, telah menjejaki bisnisnya hingga Suriname, Singapura, dan Jepang.

Nah, internet rupanya memiliki andil besar dalam menjaring pasar Singapura dan Jepang untuk bisnis batik Cempaka. "Jadi awalnya, mereka (pengusaha asal Jepang dan Singapura-red.) melihat situs kita, kemudian mengontak untuk order karena tertarik," tutur Dhani, ditemui detikINET di gerainya yang sangat bernuansa Jawa.

Jumlah pesanan dari kedua negara tersebut memang belum terlalu besar, baru sekitar 100 potong tiap bulan. Namun diyakini, usaha ini akan jadi tumpuan pengrajin batik Solo untuk memperluas ekspansinya di pasar internasional.

Corak batik untuk Singapura dan Jepang pun disesuaikan dengan minat pasar setempat. Untuk Singapura misalnya mengusung gambar prajurit, sedangkan Jepang memilih unsur bambu.

Batik Cempaka sendiri memulai usahanya di ranah online sejak tahun 2005 dengan merintis situs www.batikcempaka.com. Dhani cukup merekrut satu orang pekerja freelance untuk mengurusi dapur IT situsnya.

"Lumayan, dengan tambahan satu orang itu kita bisa memperluas pemasaran, meningkatkan kepercayaan, dan mengikuti perkembangan zaman dengan memiliki situs," imbuh Dhani.

Pun demikian, bukan berarti usaha batik rumahan yang go online ini tak memiliki hadangan. Kendala yang pertama adalah soal lamanya proses dari pemesanan hingga barang dikirim, kemudian soal menyamakan pikiran.

"Misalnya mereka minta suatu desain, namun ketika kita coba menterjemahkannya di atas bahan mungkin menjadi lain, ini yang kadang menjadi hambatan," pungkasnya.

Kini, batik Cempaka Dhani sudah menangguk omset Rp 30 juta per bulan. Masih kecil memang, namun untuk industri rumahan macam ini sepertinya bisa dibilang lumayan. Terlebih, roda bisnis mereka terus berputar menatap masa depan dan terbuka dengan kemajuan zaman.( ash / eno )


detikInet

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More