blog-indonesia.com

Selasa, 24 Mei 2011

Rakata, Mobil Irit Etanol Menantang Sepang

Shell Eco-marathon Asia 2010. www.shell.com/daren chong photography

TEMPO Interaktif, Jakarta - Taufan memacu mobil Rajawali hingga 30 kilometer per jam pada tikungan keempat Sirkuit Sepang, Malaysia, yang menyiku sebelum terguling ke kiri. "Mobil terlalu cepat," ujar Taufan kepada rekannya di ujung telepon radio.

Kecelakaan itu terjadi tahun lalu saat mahasiswa Institut Teknologi Bandung ini ditunjuk sebagai pengemudi mobil hemat energi Rajawali pada lomba kendaraan irit energi Shell Eco-Marathon pada kategori Prototipe Masa Depan. Taufan tidak mengalami cedera, tapi mobil buatan tim ITB itu harus diperbaiki di pit stop dan dilombakan ulang. Pada percobaan kedua, mobil kembali terguling di tikungan yang sama sehingga didiskualifikasi dari perlombaan.

Tim Rajawali belajar banyak dari perlombaan tersebut. Mereka menganalisis penyebab tergulingnya mobil. Selain faktor pengenalan lintasan yang sangat kurang, kelemahan terdapat pada bodi mobil yang kurang kaku sehingga berubah bentuk saat berbelok di tikungan tajam. Perubahan bentuk ini membuat mobil sulit dikendalikan.

Pada Juli mendatang, Taufan dan timnya akan kembali tampil di Sepang, dengan membawa mobil baru bernama Rakata. Mesin Rakata memiliki tenaga 125 cc, jauh lebih besar dibanding Rajawali, yang hanya 35 cc, tapi tetap mempertahankan efisiensi.

Struktur bodi dirombak dengan menambahkan rangka tripleks pada lapisan serat karbon. Radius putar roda diperbesar dan jarak bodi ke jalan diturunkan hingga 50 persen dari rancangan sebelumnya. "Rakata akan lebih bertenaga dan stabil," ujar Manajer Tim Rakata Muhammad Yusuf kepada Tempo pada Sabtu lalu.

Merancang kendaraan yang mampu menempuh jarak jauh dengan energi seminimal mungkin merupakan tujuan lomba Shell Eco-Marathon. Butuh sentuhan khusus agar mobil bekerja amat efisien.

Putaran mesin dibuat bekerja pada putaran rendah dengan torsi tinggi sehingga kemampuan mendorong masih cukup besar. Bahan keramik diterapkan pada bearing roda sehingga tenaga yang terbuang akibat gesekan roda dapat dikurangi.

Sentuhan unik lain pada Rakata adalah pemakaian etanol yang diekstrak dari minyak nabati. Berbeda dengan tim lain yang menggunakan bahan bakar fosil sebagai sumber energi. Masalahnya, bioetanol memiliki nilai oktan 110, membuat bahan ini sulit terbakar.

Tim Rakata pun memberi perlakuan khusus terhadap mesin dengan memperbesar kompresi mesin dan mempercepat pengapian mesin bakar oleh karburator. Hasilnya, efisiensi mesin meningkat lebih baik. "Target kami pada perlombaan tahun ini adalah 600 kilometer untuk setiap liter bahan bakar," ujar Yusuf.

Bodi Rakata juga dirancang khusus agar mendukung kinerja mesin, sesuai dengan prinsip termodinamika bahwa kerja mesin dapat optimal pada suhu tertentu. Agar suhu ruang bisa bertahan pada 95 derajat Celsius, tim membuat air scope pada bodi atas mobil, yang berfungsi mengalirkan udara ke dalam ruang mesin.

Tak hanya kendaraan, pengemudi juga dilatih agar bisa mengendalikan kendaraan di berbagai tikungan untuk mencapai target penghematan bahan bakar yang diinginkan. "Teknik mengemudi menjadi faktor penting dalam penghematan," katanya.

Pengemudi harus bisa mengendalikan mobil dengan perlakuan khusus. Mesin, misalnya, dapat dimatikan saat mobil melaju dengan kecepatan tinggi pada trek lurus. Teknik ini bisa diterapkan di Sepang, yang memiliki lintasan lurus yang turun-naik.[ANTON WILLIAM]


TEMPOInteraktif

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More