blog-indonesia.com

Kamis, 14 Juli 2011

Menteri Tifatul: 97% Anak Pernah Akses Porno

"Internet seperti pisau, kalau digunakan hal-hal positif akan bermanfaat."Tifatul Sembiring

(VIVAnews/Adri Irianto)

VIVAnews
- Menteri Komunikasi dan Informatika, Tifatul Sembiring, menyampaikan kekhawatirannya terhadap perkembangan mental generasi muda, khususnya para remaja Indonesia di masa depan. Hal ini terkait dengan penggunaan internet secara negatif di kalangan mereka, seperti mengakses situs pornografi.

"Di Jakarta Timur terjadi perkosaan anak usia 9 tahun oleh dua orang temannya sendiri," kata Tifatul. "Saat ditanya kenapa, ternyata karena menonton film porno."

"Generasi anak-anak kita harus kita selamatkan karena meraka masa depan bangsa. Kalau saya jadi menteri cuma beberapa lama dan akan berakhir," ujarnya saat memberikan sambutan dalam kampanye 'Internet Sehat dan Aman' di SD Menteng 03, Jl. Cilacap No. 5, Jakarta, Kamis 14 Juli 2011.

Tifatul menuturkan, dampak buruk Internet sudah sedemikian nyata. Selain adanya perkosaan, berbagai penelitian dan survei ilmiah menyebutkan kondisi tersebut.

"Menurut survei, 97 persen anak pernah mengakses situs porno, 92 persen pernah melakukan kissing, petting, oral seks. Ini anak-anak SMP. Kemudian 61,2 persen siswa-siswi SMP pernah melakukan hubungan intim. Sekarang, mau dibawa ke mana anak-anak Indonesia? Makanya kita memblokir situs porno karena itu amanah Undang-undang," katanya.

Namun demikian, menteri dari PKS itu tidak ingin pesimistis. Sebab, selain ada sisi negatif, internet sangat positif dalam hal sumber pengetahuan. "Internet seperti pisau, obeng, kalau digunakan hal-hal positif akan bermanfaat. Pisau buat memotong sayur baik, tapi buat nusuk kan negatif."

Internet, lanjutnya, bisa menghubungkan seluruh dunia. "Misalnya, dengan Google Earth kita bisa melihat puncak Mount Everest, kota Moskow, di mana tempat kerusuhan Tiananment itu dan lain-lain."

Saat ini, kata Tifatul, hal terpenting adalah bagaimana para pengajar, orang tua, dan pemerintah membentengi para generasi muda dari bahaya perkembangan arus informasi.

"64 persen pengguna Facebook dan Twitter adalah remaja. Ini yang perlu kita didik, bahasanya agar tidak kasar, tahu etika karena kadang bahasanya tidak sopan," ujarnya.



VIVAnews

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More