blog-indonesia.com

Sabtu, 06 Agustus 2011

5 Mahasiswa UMY Kembangkan Listrik Surya


solarcell home system kreasi mahasiswa UMY

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Prihatin dengan kerapnya pemadaman listrik dari PLN yang berdampak buruk terhadap produktivitas pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM), 5 mahasiswa Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) mengembangkan Solarcell Home System (SHS) sebagai sumber energi sekunder.

Kelima mahasiswa tersebut adalah Ilham Lutfil Anam, Adi wahyudianto, Afief Amrullah, M. Sholeh Masnawan, dan Fikri Ali. Nawawi. Menurut, Ilham Lutfil Anam, pelaku UMKM kerap mengeluhkan penurunan produktivitas akibat pemadaman bergilir. Selain itu, beban puncak di malam hari membuat para pelaku UMKM tidak dapat bekerja saat malam hari.

"Oleh karena itu diperlukan energi alternatif bagi para UMKM. Sehingga mereka dapat tetap bekerja ketika listrik sedang mengalami gangguan atau dalam proses perbaikan." kata Ilham, Jumat (5/8/2011).

"Kami membuat Solarcell Home System atau Sistem Listrik Surya Skala Kecil. Alat ini kami kolaborasikan dengan kinerja listrik dari PLN. Dengan kolaborasi ini, jika terjadi pemadaman listrik, pelaku UMKM tetap dapat bekerja," paparnya.

Cara kerja alat itu, dimulai dengan pemasangan panel surya. Sinar matahari akan ditangkap oleh panel surya. Kemudian energi sinar tersebut melalui Solar Charge regulator (SCR) tersimpan di batere. Saat listrik PLN mati, secara otomatis Automatic Transfer Switch (ATS) akan menyala.

"Sehingga listrik yang berasal dari batere kemudian melalui SCR akan mengalir ke inverter yang berfungsi mengubah tegangan DC menjadi AC, kemudian dialirkan untuk menggantikan energi listrik PLN," katanya.

"Perpindahan tersebut tidak membutuhkan waktu lama. Seperti halnya ketika menggunakan generator set (genset) yang masih memerlukan waktu untuk menyalakan listrik," kata Ilham lagi.

Berbagai keuntungan diperoleh dengan penggunaan sistem ini. Antara lain, potensi radiasi matahari di Indonesia yang tinggi dan merata memudahkan pemanfaatan metode ini. Selain itu, SHS juga tidak membutuhkan bahan bakar, serta ramah lingkungan karena bebas polusi udara dan suara.

Perawatan alat ini pun tergolong mudah dan sederhana. Sebab, dalam proses kerjanya tidak ada komponen yang bergerak. Karya ini telah diujicobakan di salah satu UMKM konveksi di Jawa Tengah.


KOMPAS.com

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More