Pekanbaru (ANTARA News) - Ilmuwan berbagai dispilin ilmu dari enam negara mempelajari dan meneliti pemanfaatan lahan gambut untuk kegiatan ekonomi secara bijaksana dan berkelanjutan tanpa harus merusak lingkungan.

Dalam kegiatan di lapangan, para ilmuwan itu akan mempelajari tata kelola air dalam pengelolaan hutan tanaman industri di lahan gambut yang selama ini diterapkan RAPP, kata Direktur PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) Mulia Nauli di Pekanbaru, Kamis,

"Kita juga akan perkenalkan kepada mereka bagaimana cara mengukur emisi gas karbon di lahan gambut, serta pengenalan tanaman akasia crassicarpa, mulai dari pembibitan sampai panen dan pengolahannya menjadi pulp dan kertas," kata Mulia.

Menurut dia, RAPP akan menunjukkan kepada ilmuwan lokal, nasional, dan internasional mengenai praktik yang baik (best practices) dalam perencanaan dan pengelolaan hutan tanaman industri di lahan gambut sebagai salah satu bentuk pemanfaatan lahan yang terbukti dapat memberikan manfaat ekonomi, sosial dan ekologi secara berkelanjutan.

"Yang kita paparkan dalam kegiatan di lapangan ini didasarkan pada pengalaman PT RAPP dalam mengelola hutan tanaman industri di lahan gambut selama lebih dari 3 rotasi tanaman atau hampir 20 tahun."

Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Kehutanan Pemprov Riau, Zulkifli Yusuf, menyebut selama ini ada yang salah dengan persepsi para ahli kehutanan dan lingkungan di luar negeri mengenai sektor kehutanan Indonesia.

Salah persepsi itu terkait kampanye negatif yang menyatakan Indonesia sebagai negara perusak hutan nomor satu di dunia, katanya.

Padahal, menurut dia, pembangunan hutan tanaman Industri (HTI) yang dilakukan Indonesia, termasuk juga pengembangan HTI di Riau, justru mampu memperbaiki kualitas lingkungan dan tutupan lahan.

Dia berharap ilmuwan yang tergabung dalam delegasi Internastional Field Science Summer School (IFES) 2011 dapat membuktikan di lapangan bahwa kampanye negatif itu tidak benar.

"Aktifitas kebun dan hutan tanaman di lahan gambut di Riau ini terkelola baik. Tinjauan lapangan ini akan membuktikan HTI bisa menangkal kampanye isu yang berkembang itu," kata Zulkifli yang menyebut lahan gambut di Riau ada seluas 6,4 juta hektare.

Selain penelitian, delegasi IFES dari Jepang, India, Indonesia, Mongolia, China, dan Malaysia ini juga akan mengikuti seminar dan workshop untuk membahas hasil penelitian dilapangan tentang gambut tropika. Acara ini juga akan diikuti peserta kalangan profesional dan pemerintah.

Penelitian mengenai pengelolaan lahan gambut itu merupakan bagian dari kegiatan summer school 2011 yang diprakarsai IPB bekerja sama dengan PT Riau Andalan Pulp dan Hokkaido University 8-19 November 2011.

Hanna Wijaya dari IPB menyatakan Tinjauan lapangan ini merupakan kesempatan terbaik untuk membuktikan bahwa Indonesia memiliki kemampuan mengelola gambut tanpa mengabaikan prinsip-prinsip kelestarian.

"Ini pertama kali tiga pilar yakni akademisi, dunia usaha, dan pemerintah memberikan persepsi yang sama kepada pihak luar tentang pengelolaan gambut tanpa mengabaikan kelestarian dan kesejahteraan masyarakat sekitar," kata Hanna.

Ia menjamin delegasi IFES yang berasal dari beberapa regional di dunia ini akan mendapat lebih memahami soal pengelolaan gambut di Indonesia. Sebelumnya IFES juga sudah melakukan penelitian di padang rumput yang luas di Mongolia dan hutan tundra di Siberia.

"Dengan tinjauan dan telitian di lapangan akan ada pengetahuan tambahan yang selama ini tidak diketahui termasuk pendapat minimnya pengelolaan gambut oleh Indonesia," jelas dia.

Ryusuke Hatano dari Hokkaido Unversity, menyebut keterlibatan RAPP dan IPB akan memaksimalkan pengetahuan soal pengelolaan lahan gambut dengan model teknologi yang sudah diadaptasi.

Menurut Hatano, lahan dengan karakteristik berbeda juga harus ditangani dengan pengelolaan yang berbeda juga. Ia menilai tak mungkin pengelolaan gambut di Indonesia sama dengan pengelolaan wetland (lahan basah) di Jepang terutama terkait dengan isu perubahan iklim.

Menurut Mulia Nauli program kerja sama dengan universitas ini adalah bagian dari komitmen perusahaan untuk senantiasa mendiseminasikan mengenai pengelolaan lahan gambut secara bijak dengan menerapkan teknologi yang tepat guna.

Perseroan membuka diri untuk berbagi pengetahuan dan teknologi dalam pengelolaan lahan gambut untuk tujuan pengelolaan hutan tanaman lestari, baik dengan pemangku kepentingan yang ada di Riau, nasional, dan internasional, katanya. (A027/R010)