blog-indonesia.com

Sabtu, 04 Februari 2012

Benarkah Ada Piramida di Gunung Sadahurip dan Lalakon?

Peneliti Utama Balai Arkeologi Bandung Lutfi Yondri membeberkan kesimpulan tentang kontroversi piramida di Gunung Sadahurip Garut dan Gunung Lalakon di Bandung Selatan, bersama sejumlah pakar geologi di Musium Geologi, Bandung, Jawa Barat, Jumat (3/2). TEMPO/Prima Mulia

TEMPO.CO, Bandung
- Rumor adanya bangunan piramida di dalam Gunung Lalakon dan Sadahurip membuat penasaran sejumlah pakar geologi di Bandung. Sejak tahun lalu, mereka ikut meneliti di lokasi dan mengkaji sejarah pembentukan kedua gunung tersebut. Hasilnya, mereka yakin kedua gunung itu terbentuk alami, bukan berisi piramida ciptaan manusia.

Menurut pengurus Ikatan Ahli Geologi Indonesia, Sujatmiko, berdasarkan kajian geologi, ia sudah bisa memastikan dalam dua jam. Gunung Lalakon dan Sadahurip tidak berisi piramida. "Itu gunung api kecil berbentuk (limas) piramida, tapi bukan piramida," ujarnya di Auditorium Museum Geologi Bandung, Jumat, 3 Februari 2012.

Menurut dia, tak perlu menggali tubuh gunung untuk membuktikannya, melainkan cukup dari morfologi. Batuan di kedua gunung tersebut sebagian besar merupakan andesit atau batu belah. Pada singkapan batuan, kata Sujatmiko, tidak ada kandungan mineralnya. "Tidak ada batu mulia atau emas di sana," katanya.

Ia mempertanyakan dugaan adanya penimbunan batu atau bronjong oleh manusia zaman dulu untuk menutupi piramida. Sebab, batunya berukuran besar-besar. "Bagaimana mengangkutnya? Pakai helikopter?" tanyanya.

Gunung Lalakon berada di daerah Soreang, Kabupaten Bandung. Sedangkan Gunung Sadahurip berada di Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut. Yayasan Turangga Seta, kata Sujatmiko, mengklaim kedua gunung tersebut berisi piramida.

Selain dari bentuknya yang agak mirip dari sisi tertentu, yayasan itu juga mengajak para ahli kebumian dari Bandung untuk membuktikan piramida tersebut.

Peneliti utama dari Balai Arkeologi Bandung, Lutfi Yondri, juga mengatakan tak ada jejak artefak atau peninggalan buatan manusia di kedua gunung tersebut. "Di Indonesia tidak ada budaya piramida, kecuali punden berundak," ujarnya.

Adapun pakar gempa dari Geoteknologi LIPI, Eko Yulianto, mengatakan para ilmuwan harusnya mengumpulkan bukti yang kuat dulu sebelum membuat kesimpulan. Ia mencontohkan kasus penemuan fosil manusia purba di Gua Pawon yang sebelumnya tak dipercaya Balai Arkeologi.

Menurut peneliti yang ikut dalam penggalian piramida di kedua gunung tersebut, masih ada yang belum terungkap soal gunung piramida itu sehingga menimbulkan kontroversi. (ANWAR SISWADI)


TEMPO.CO

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More