blog-indonesia.com

Sabtu, 28 April 2012

SMK Jakarta Terbangkan Pesawat Jabiru PK-SMT

SMKN 29 Jakarta ternyata mampu membuat rakitan mereka terbang bebas di angkasa Tangerang.

Salah satu model pesawat Jabiru (Muhamad Solihin)
VIVAnews - Polesan tangan-tangan terampil remaja belasan tahun dari SMK Negeri 29 Jakarta ternyata mampu membuat rakitan mereka terbang bebas di Pondok Cabe, Tangerang, hari ini. Walau sebagian besar komponennya masih buatan asing, mereka tetap bangga bisa merakit sendiri pesawat terbang itu.

Seakan tak kenal lelah, para siswa SMK tersebut bergantian dari siang sampai petang mengupayakan pesawat dapat terbang secara sempurna. Pesawat  eksperimental itu adalah Jabiru PK-SMT.

Ahmad Budiman, Kepala Program Keahlian Airframe Powerplant SMK 29 Jakarta mengungkapkan, ide awal pembuatan pesawat ini yakni bermula dari praktek merawat pesawat yang tidak terbang. Itu, merupakan hal wajar mengingat lulusan SMK nantinya akan bekerja di perusahaan penerbangan.

Kemudian, dia melanjutkan, saat mengikuti Lomba Keterampilan Siswa (LKS) 2008 di Kemendiknas, para siswa mengirimkan karya pesawat. Saat pameran, Menteri Pendidikan, Bambang Sudibyo diprovokasi oleh pihak SMK, bahwa SMK sebaiknya didukung untuk membuat karya, bukan merawat pesawat orang lain.

Gayung pun bersambut. Bambang pun meminta SMK untuk membuat dua pesawat sejenis. Akhirnya, kementerian menggelontorkan dana Rp1 miliar untuk membuat pesawat. Seminggu setelah pameran itu, pihak SMK diminta menghadap ke Kemendiknas untuk mengambil dana tersebut.

"Biasanya memang siswa di sini bongkar dan rakit pesawat orang lain. Itu kan biar feeling mereka kena saat nanti kerja di penerbangan," ujar Ahmad Budiman di sela-sela stan SMK 29, Monas, Jakarta, Sabtu 28 April 2012.

Kemudian, dia melanjutkan, dana tersebut digunakan untuk membeli komponen pesawat, yang 85 persen dipasok dari luar negeri, seperti China dan Australia, sedangkan komponen dalam negeri baru 15 persen. Komponen yang didatangkan dari China adalah panel, sedangkan bahan dari Australia adalah fiber. "Untuk komponen lokal yakni beberapa bagian di panel, teris backleading," tambahnya.

"Biaya untuk buat ini seluruhnya Rp1,5 miliiar. Itu sudah termasuk asuransi pilot, asuransi pesawat, lisensi pesawat. Kami menanggung Rp300 juta," kata Ahmad.

Akhirnya setelah empat tahun, pesawat buatan tangan siswa belasan tahun tersebut dapat terbang untuk pertama kalinya di Bandara Pondok Cabe, Tangerang. "Saat test flight, mampu terbang empat ribu kaki selama 20 menit," kata Ahmad.
Pesawat Lain
Pesawat dengan panjang 6,7 meter dan lebar 9,86 meter serta tinggi 2,4 meter tersebut mampu terbang dengan ketinggian 14 ribu kaki. "Pesawat ini berkapasitas empat penumpang dengan baling-baling di depan serta tiga roda di bawahnya. Pesawat yang berkapasitas 140 liter Pertamax ini sudah menikmati penerbangan pertama kalinya," ujarnya.
Dengan kemampuannya saat ini, menurutnya, pesawat itu mampu terbang dari Jakarta ke Kuala Lumpur. Sayangnya, lisensi untuk pesawat tidak memungkinkan karena pesawat jenis ini hanyalah pesawat eksperimental.

Saat ini, Ahmad menjelaskan bahwa SMK 29 masih mempunyai sembilan pesawat sejenis yang masih dikerjakan. "Satu sudah 100 persen jadi, yakni yang ini, yang lainnya masih dikerjakan," katanya.

Ia menambahkan bahwa yang dilakukan oleh siswanya lebih dari sebuah perakitan, karena siswa SMK 29 juga membuat beberapa komponen pesawat. "Jadi, tidak hanya pasang-pasang saja," tuturnya. (ren)


VIVAnews

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More