blog-indonesia.com

Sabtu, 24 November 2012

Selamat Datang di Sisi Tergelap Internet

Jakarta – Internet kini sudah menjadi bagian penting dalam keseharian umat manusia. Namun, tidak semua menyadari, yang diketahui tentang internet ternyata hanyalah bagian yang sangat kecil.

“Apa yang terlihat dari web saat ini bagaikan ujung gunung es,” ujar Anand Rajaraman, salah satu pendiri Kosmix, sebuah situs pencari untuk Deep Web (DW), bagian terdalam dari World Wide Web (WWW) yang tak tampak di situs pencari biasa.

Mungkin berlebihan membandingkan akses internet masa kini dengan ujung gunung es. Tapi Rajaraman sepertinya tahu apa yang ia bicarakan. Tapi pertanyaannya, bagaimana bisa apa yang kita ketahui dari internet hanyalah porsi kecilnya?

DW merupakan bagian dari internet yang tak terlihat. Tempat itu tak bisa diakses oleh situs pencari terbesar dunia, Google, yang memang tidak didesain untuk menjelajah sisi ‘gelap’ internet. Memang, sisi gelap itu aksesnya juga terbatas.

Menurut Periset Keamanan Internet di McAfee, Alfonso Munoz, DW terdiri dari informasi dalam jumlah besar yang telah diunggah ke internet. Namun untuk alasan teknis, informasi itu tidak dimasukkan dalam katalog.

“Informasi-informasi tersebut tidak di-update oleh mesin-mesin pencari,” ujarnya.

Berbagai studi menyatakan, DW merupakan 90% dari internet yang kita kenal selama ini. Mereka yang menggunakan internet saat baru diciptakan, sebelum ada mesin pencari dan portal web, navigasi di DW bagaikan kenangan masa lalu.

Membutuhkan lebih dari sekadar ilmu komputer dan harus menuliskan dengan tepat situs yang dicari, simpan di bookmark karena tak mudah mengingat laman dengan URL ribet seperti SdddEEDOHIIDdddgmomiunw.onion, satu hal yang umum di teritori tersebut.

Sejarah DW kembali pada 1994 yang ketika itu dikenal sebagai ‘Hidden Web’. Namanya diganti menjadi DW pada 2001. Beberapa meyakini, sejarah DW bermula di era 1990-an, saat ‘Onion Routing’ diciptakan.

“Penciptanya adalah Naval Research Laboratory milik Amerika Serikat (AS), yang merupakan langkah awal Proyek Tor,” lanjut Munoz.

Proyek Tor (The Onion Router), merupakan portal utama DW. Informasi pengguna dienkripsi di tempat ini dalam lapisan-lapisan seperti bawang atau onion dalam Bahasa Inggris. Informasi itu kemudian dikirimkan ke jaringan server relawan di seluruh dunia.

Dengan teknik ini, nyaris mustahil untuk melacak pengguna atau informasi yang mereka sebarkan. DW menawarkan hal tersebut, anonim dan kebebasan yang dari tahun ke tahun bertransformasi jadi makin gelap dan nyaris tak bisa dihuni.

Infromasi yang berada di dalamnya tak begitu banyak dieksplorasi dan bisa menjadi host segala macam hal. Mulai dari konten biasa saja hingga yang paling tak masuk akal. Di dalam DW, intranet pribadi dilindungi kata kunci (password).

Tak hanya itu, format dokumen yang tak bisa diindeks, ensiklopedia, kamus, jurnal dan banyak hal lainnya juga terlindungi. Sayangnya, tak hanya berhenti di sini. Sifat misterius DW menjadikannya rumah bagi aktivitas gelap.

Penjahat cyber bersembunyi di DW dengan forum-forum pribadi yang aksesnya terbatas. Banyak pengguna internet sudah biasa berada di dalam DW. Mengunduh musik ilegal, menyaksikan film terbaru gratis, atau memesan obat resep dan menjualnya kembali.

Hal-hal itu amat sepele rasanya dibandingkan kejahatan via cyber yang lebih mengkhawatirkan seperti pornografi anak, perdagangan senjata dan narkoba, pembunuh bayaran, pekerja seks komersial, terorisme dan banyak lagi.

“Anda bisa menemukan situs yang menjual kartu kredit curian, tim yang mengkloning kartu kredit via ATM, penjual kokain dan banyak lagi di dalam DW,” ujar Direktur Tim Analisa Kaspersky Lab, Dmitry Bestuzhev.

Menghentikannya amat sulit. Meski aparat keamanan seluruh dunia sukses membongkar berbagai kejahatan kriminal dan mencegat transaksi ilegal secara online, memusnahkan jaringan atau melacak penggunanya teramat sulit.

Tentu, penggunaan DW tak melulu untuk kejahatan karena banyak yang merasa terbantu. Misal, mereka yang merasa terancam atau selalu diawasi pemerintah. Dan baru-baru ini, dunia menyaksikan salah satu pengguna DW mendunia: WikiLeaks. [ast]

 
© Inilah

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More