blog-indonesia.com

Senin, 20 Januari 2014

Jangan Abaikan Sinabung

Foto ilustrasi: Pelajar berangkat menuju sekolahnya yang berada di sekitar kaki Gunung Sinabung di Desa Berastepu, Karo, Sumut, Kamis (7/11/2013). 
Indonesia dapat mencapai angka pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan, melalui upaya pembenahan dalam sistem pendidikan nasional, yaitu dengan mendorong keterlibatan pemerintah daerah dalam penyediaan infrastruktur pendukung. Indonesia dapat memperluas akses pendidikan bagi masyarakat berpendapatan rendah dengan cara memperbaiki kebijakan pemerintah serta membuat beasiswa dan program Erupsi Gunung Sinabung di Sumatera Utara yang telah berlangsung lebih dari empat bulan, dan membuat 26 ribu pengungsi sangat menderita, rupanya tak cukup mendelikkan mata pemerintah pusat untuk segera menanganinya secara serius. Sungguh, betapa buruknya kinerja pemerintah dalam mengatasi bencana Sinabung ini.

Dengan dalih, belum genting dan belum layak dijadikan sebagai bencana nasional, penanganan pengungsi Sinabung akhirnya memang compang-camping di sana-sini. Padahal, apa terlihat di lapangan benar-benar di luar dugaan. Kondisi para pengungsi di berbagai lokasi pengungsian amat sangat memprihatinkan.

Dengan jumlah pengungsi yang kini mencapai hingga 26 ribu penduduk dan korban tewas sebanyak 16 jiwa, pemerintah pusat sudah harus menetapkan status bencana nasional untuk peristiwa erupsi Gunung Sinabung. Jangan menunggu lagi sampai korban terus bertambah dan pengungsi kian menderita di berbagai lokasi pengungsian. Segera sudahi derita mereka. Letusan dan awan panas yang terus dikeluarkan oleh Gunung Sinabung selama empat bulan ini sudah cukup membuat ratusan anak-anak tidak bisa bersekolah lagi. Dinas Pendidikan Sumatera Utara mencatat, sekitar 199 ruang kelas, mulai dari tingkat SD hingga SMA, di sejumlah kecamatan di Kabupaten Karo, rusak berat akibat bencana erupsi Gunung Api Sinabung, sejak September 2013.

Ribuan pengungsi juga kini benar-benar sudah kehilangan segalanya. Mereka kehilangan sumber mata pencaharian karena
lahan pertanian dan tanamannya rusak, lalu ternak terpaksa dijual hanya sekadar untuk menyambung hidup, bahkan bangunan rumah mereka telah rusak akibat hujan abu vulkanik. Selain itu, ratusan mahasiswa asal Kabupaten Karo sudah tidak bisa lagi melanjutkan kuliah karena kiriman uang dari kampung halaman terhenti.

Selain kehilangan mata pencaharian, warga juga harus bertahan di tempat-tempat darurat, dengan minimnya ketersediaan
makanan, obat-obatan, susu untuk anak-anak, pembalut wanita, sampai ketersediaan fasilitas mandi, cuci, kakus (MCK) yang jauh dari kata cukup. Banyak pengungsi yang kini menderita berbagai penyakit: asma, sesak nafas, diare, demam, dan hipertensi.

Stres menjadi keluhan yang paling banyak di antara para pengungsi Sinabung. Dengan masih tingginya intensitas vulkanik Gunung Sinabung dan belum adanya tanda-tanda bencana akan berhenti, pasti akan semakin panjang pula ketidakpastian nasib para pengungsi Sinabung yang jumlahnya kini terus bertambah. Lalu, apakah pemerintah pusat masih akan terus berdalih di saat ancaman terhadap keselamatan 26 ribu pengungsi kini semakin nyata?

Kita mengimbau pemerintah pusat untuk segera mengambil inisiatif. Jangan biarkanbiarkan Pemerintah Kabupaten Tanah Karo sendirian mengurusi beban-beban kehidupan yang diakibatkan erupsi Gunung Sinabung. Memang ada UU No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana yang membuat kategori sebuah status bencana, apakah nasional atau lokal. Pasal 51 ayat 2 UU 24/2007, misalnya, menyebutkan bahwa penetapan skala nasional ditetapkan oleh presiden, skala provinsi oleh gubernur, dan skala kabupaten/kota oleh bupati/walikota.

Kita sepakat dengan adanya ketentuan tersebut. Namun, melihat situasi dan fakta di lapangan, perlu ada langkah segera untuk penanganan bencana erupsi Gunung Sinabung dalam skala nasional. Kita harus berkaca pada kerusakan akibat bencana, lumpuhnya perekonomian masyarakat, dan banyaknya pengungsi dari peristiwa alam tersebut. Meski pemerintah daerah dan provinsi masih bisa menangani sendiri, sesungguhnya penanganannya tidak efektif.

Lihat saja, para korban bencana alam Gunung Sinabung kini semakin tidak berdaya. Nasib para pengungsi pun semakin tidak jelas. Karena itu, erupsi Gunung Sinabung yang telah berlangsung lebih dari empat bulan ini membutuhkan penanganan lebih serius dari pemerintah pusat. Perlu diambil keputusan yang cepat supaya pengungsi tidak terancam kelaparan, terserang berbagai penyakit atau menderita kedinginan,

Pemerintah harus memastikan bantuan makanan, obat-obatan, dan selimut ke titiktitik pengungsian tersedia cukup. Tak boleh lagi ada pengungsi yang merintih karena kelaparan atau sakit. Selain memberikan bantuan makanan dan obat-obatan, pemerintah harus pula mengerahkan tim medis untuk mengobati pengungsi yang sudah terserang penyakit. Banyak warga yang terserang penyakit batuk dan demam. Ingat, ada ratusan anak-anak yang berada di tengah pengungsian. Mereka sangat rentan dihinggapi penyakit di tengah musibah bencana tersebut. Mereka sangat membutuhkan tim medis yang disediakan di setiap lokasi pengungsian. Soalnya, selain menghirup udara bercampur abu vulkanik, masyarakat pengungsi, khususnya anak-anak, juga dipastikan kedinginan karena mengungsi di tempat terbuka yang hanya beratapkan tenda.

Khusus untuk daerah-daerah yang sudah tidak mungkin dihuni lagi, baik karena tingkat kerusakan yang parah ataupun karena tingkat ancaman bahaya erupsi selanjutnya, pemerintah harus mencari lokasi baru untuk hunian para pengungsi. Lokasi tersebut harus segera dibangun dari sekarang.

Adanya kesungguhan dan langkah-langkah cepat pemerintah pusat untuk menangani para pengungsi Sinabung akan secepatnya pula menciptakan rasa aman, rasa nyaman, dan memperkuat keyakinan mereka bahwa “negara ada buat mereka”. Negara/pemerintah memang berkewajiban untuk itu. (*)


  Investor  

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More