blog-indonesia.com

Selasa, 25 Maret 2014

Metro Kapsul, Angkutan Tanpa Awak 'Pembunuh' Monorel

Monorel INKA di Monas
Angkutan massal ini diyakini lebih murah, karena investasinya kecil

Dimulai sejak 2004, hingga hari ini proyek monorel Jakarta masih belum jelas nasibnya. Pembangunan sarana transportasi masal ini masih terbentur syarat-syarat perjanjian kerjasama yang diminta Pemerintah Provinsi DKI kepada PT Jakarta Monorail.

Syarat itu mencakup aspek keuangan dan bisnis, kajian teknis, aspek legal, serta pelunasan pembayaran tiang oleh PT JM kepada PT Adhi Karya yang menghentikan pembangunan monorel pada 2007.

Saat pembangunan kereta monorel masih berkutat pada hitung-hitungan, Pemprov DKI Jakarta justru mewacanakan proyek transportasi massal yang baru. Metro kapsul. Angkutan umum yang juga berbasis rel.

Metro kapsul akan diintegrasikan dengan monorel dan Mass Rapid Transit (MRT). Keberadaannya untuk memenuhi kebutuhan transportasi dan mengatasi kemacetan di Jakarta. Menurut Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, kemacetan tidak bisa diatasi dengan satu macam saja. Dibutuhkan banyak transportasi berbasis rel.

"Semuanya masih dihitung, yang lama masih dihitung, yang baru (metro kapsul) juga masih dihitung. Metro kapsul itu daya angkutnya bisa lebih banyak dari monorel," kata Jokowi.

Menurut Jokowi, pembangunan metro kapsul sebenarnya sudah diwacanakan sejak lama. Namun, masih perlu perhitungan yang matang agar tidak terjadi masalah setelah proyek mulai dibangun. Metro kapsul diyakini lebih murah, karena nilai investasinya lebih sedikit.

Meski rancangan teknis dan penerapan transportasi masal ini sudah hampir rampung, Pemprov DKI belum 100 persen setuju dengan proyek ini. Senin, 24 Maret 2014, PT. Perkakas Rekadaya Nusantara yang merupakan salah satu perusahaan anggota konsorsium pembangunan metro kapsul datang ke Balaikota Jakarta untuk memaparkan konsep dari moda transportasi baru ini.

Menurut Komisaris PT. Perkakas Rekadaya Nusantara, Djoni Rosadi, ide awalnya adalah metromini yang melayang. Metro kapsul akan dibuat dengan rancangan kontruksi gerbong yang lebih ringan karena ukurannya yang relatif lebih kecil. Selain itu, jumlah gerbong metro kapsul yang berada di atas track dibatasi hanya satu gerbong saja.

"Idenya adalah metromini yang diangkat ke atas, elevated. Seperti mainan anak-anak 'Tamiya'. Track diangkat dan bukan pakai rel tapi menggunakan ban biasa dan pakai roda," ujar Djoni.

Djoni menjamin biaya investasinya akan lebih murah dibandingkan biaya investasi yang dikeluarkan Pemerintah DKI untuk pembangunan proyek-proyek moda transportasi umum lainnya.

Dengan track yang dimensinya kecil, maka dapat dibangun dengan biaya yang lebih murah. Kisarannya Rp114 miliar per kilometer. Pembanguna track metro kapsul juga tidak memerlukan pembebasan lahan. Konsorsium metro kapsul menjamin kegiatan pembangunan transportasi masal ini tidak akan mengganggu aktivitas masyarakat Jakarta.

"Tidak harus membebaskan lahan. Kita tinggal lakukan di trotoar-trotoar jalan saja, kemudian di median jalan. Sistem pembangunannya meniru Jepang. Tidak seperti pembuatan MRT yang memakan jalan," kata Djoni.

Angkut 19 ribu orang per jam

Bukan saja investasinya yang jauh lebih murah dari monorel, metro kapsul digadang-gadang bisa mengangkut 19 ribu orang per jam. Jumlah ini juga melebihi daya angkut monorel yang hanya sekitar 16 ribu orang per jam.

"Kita bisa sekitar 19.000 orang per jam," kata Djoni.

Metro kapsul akan diterapkan untuk transportasi penumpang menuju bandara. Jalur yang ditawarkan perusahaan konsorsium kepada Jokowi adalah jalur dari Parkir Timur Senayan menuju Cengkareng sepanjang 30 kilometer.

Dari jalur ini, aka diangkut sekitar 30 ribu orang per hari dari 70 ribu orang yang datang dan keluar melalui Bandara Soekarno Hatta. Dengan metro kapsul, kemacetan kendaraan dari bandara menuju dalam kota atau sebaliknya dapat diatasi. Bila proyek ini disetujui, perusahaan konsorsium menargetkan proyek akan selesai dibangun dalam waktu 3 tahun.

"Jalur 30 km itu bisa kita selesaikan dalam waktu 3 tahun," kata Djoni.

Pemprov DKI sepertinya telah memberi respon positif terhadap proyek ini. Menurut Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaya Purnama, sudah sejak lama rancangan proyek ini mereka terima dan dipelajari. Saat ini, Pemprov DKI sedang menunggu model nyata dari kendaraan metro kapsul.

Bila proyek ini terlaksana, Pemprov DKI meminta agar perusahaan konsorsium yang menjalankan operasional transportasi yang jarak antar waktu rangkaian keretanya minimum satu menit.

"Kita mau mereka yang buat, kalau proyeknya macet akan kami sita," kata Ahok.

Angkutan umum tanpa awak

Guna memastikan rancangan moda transportasi jenis baru ini, Jokowi dan Ahok akan meninjau langsung pabrik produksi metro kapsul yang berada di Subang, Jawa Barat.

Pemprov DKI akan memastikan keberadaan lokasi dan kelayakan infrastruktur produksi yang akan diusung investor lokal yang akan membangun proyek metro kapsul. Peninjauan akan dilakukan pada awal bulan April nanti.

Menurut Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, kemungkinan besar metro kapsul dapat diterapkan mengingat banyaknya koridor-koridor transportasi di Jakarta yang masih kosong dari unit-unit transportasi.

Itu juga didorong oleh kemurahan biaya investasi per kilometer dari transportasi model ini. Bila monorel mencapai Rp400 miliar per kilometer, metro kapsul hanya Rp100 miliar per kilometer. Angka ini jauh di bawah investasi MRT yang mencapai Rp900 miliar per kilometer.

Setiap kereta dioperasikan individual secara otomatis. Waktu tunggu kereta juga sangat singkat pada waktu padat. Dengan penggerak motor listrik, metro kapsul tidak bising dan bebas polusi.

Selain itu, stasiun dan halte bisa dibangun di berbagai tempat, misalnya mal, kampus, kompleks perumahan, rumah sakit dan sebagainya. Dengan kapasitas angkut yang fleksibel, metro kapsul dapat diaplikasikan dalam perencanaan sistem transportasi hingga jauh dimasa mendatang. Bila sudah rampung, pihak konsorsium metro kapsul rencananya akan mematok tarif Rp10 ribu untuk satu penumpang ke berbagai tujuan.

Apakah proyek metro kapsul benar-benar akan terlaksana, kita tunggu saja bersama.



  ☆ Vivanews  

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More