blog-indonesia.com

Kamis, 13 Maret 2014

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

Alasan Pemerintah Kurang Berminat Bangun Pembangkit Listrik Nuklir

PT Batan Tekno mengungkapkan, pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) kurang diminati pemerintah.

Alasannya, pembangkit itu menyisakan sampah nuklir yang mesti disimpan dalam waktu ribuan tahun.

"Salah satu problemnya itu limbah nuklir. Di PLTN itu, limbah nuklir harus diamankan di dalam tanah selama 10.000 tahun. Bisa dibayangkan bagaimana bisa mengamankan limbah nuklir selama 10.000 tahun," kata Direktur Utama Batan Tekno, Yudiutomo Imardjoko, di Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu 12 Maret 2014.

Yudi, sapaan Yudiutomo Imardjoko, pun memutar otak bagaimana caranya untuk menyimpan limbah nuklir selama ribuan tahun itu. Sebab, waktu itu dia mendengar pemerintah hendak membangun PLTN pada tahun 2000.

Pria yang juga berprofesi sebagai dosen tenaga nuklir di Universitas Gadjah Mada ini, kemudian melakukan penelitian tentang limbah nuklir dan mendesain kontainer untuk menyimpan limbah tersebut selama 10.000 tahun.

Rancangannya diterima oleh Amerika Serikat. Menurut Yudi, negara Paman Sam itu belum menggunakan teknologi penyimpanan limbah itu.

"Yang diterima Amerika Serikat ada tiga desainnya, salah satunya saya. Jadi, bangun PLTN tidak ada masalah. Urusan limbah tanah bisa diatasi," kata dia.

Meskipun pemerintah Indonesia tidak jadi membangun PLTN, Yudi mengaku penelitiannya tidak sia-sia. Sebab, penelitiannya bisa membantu pemerintah jika rencana membangun PLTN muncul kembali.

"Saya hanya berpikir suatu saat Indonesia membangun PLTN," kata dia.

Yudi juga tengah memikirkan pengembangan reaktor nuklir tanpa limbah. Tetapi, rencananya keduluan oleh bos Microsoft, Bill Gates.

Diketahui, Gates mengumpulkan para ahli nuklir untuk mengembangkan reaktor nuklir tanpa limbah. Nama perusahaannnya adalah TerraPower yang berbasis di Amerika Serikat.

"Yang mendesain itu orang-orang ahli nuklir yang dikumpulkan Bill Gates. Mereka mengembangkan reaktor baru yang tidak ada limbahnya," kata dia.

Bangun PLTN, Batan Tekno Jajaki Gandeng Bill Gates

PT Batan Teknologi berminat menggandeng TerraPower, perusahaan pendesain reaktor nuklir yang dikembangkan oleh Bill Gates, pendiri raksasa perusahaan teknologi Microsoft. Karena, Batan Tekno tertarik dengan program TerraPower.

"Batan Teknologi ingin kerja sama dengan TerraPower untuk membangun PLTN," ujar Direktur Utama Batan Teknologi, Yudiutomo Imardjoko, di Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu 12 Maret 2014.

Menurut Yudi, Gates mengumpulkan para ahli nuklir di seluruh dunia untuk mengembangkan reaktor nuklir tanpa limbah. Di samping itu, reaktor ini lebih hemat berlipat-lipat ketimbang dengan reaktor baru yang akan dibangun oleh perusahaan pelat merah itu.

"Reaktor Bill Gates diganti setiap 60 tahun," kata Yudi.

Kalau dibandingkan dari sisi harga, teknologi pembangkit Travelling Wave Reactor (TWR) terbilang lebih mahal. Reaktor berkapasitas 500 MW untuk PLTN ini bernilai investasi Rp 150 triliun.

"Sekali diisi bahan bakar, TWR bisa digunakan untuk 60 tahun. Kelemahan PLTN memang investasi pertamanya yang mahal, karena untuk keselamatan. Tapi, biaya operasionalnya murah," kata Yudi.

Pembangkit tersebut, ia melanjutkan, menggunakan teknologi baru, yaitu teknologi fusi. Teknologi ini menggabungkan inti-inti atom sehingga menimbulkan reaksi.

"Mereka pakai teknologi fusi. Jadi, inti atomnya digabungkan, fusion. Seperti Matahari yang reaksi atomnya tidak habis-habis. Kalau kami, kan, menggunakan fisi. Jadi, inti atomnya ditembak," kata Yudi.

Sayangnya, reaktor ini tengah dikembangkan dan belum diuji coba. Gates belum mendapatkan lokasinya.

Yudi mengatakan, dalam waktu dekat, Gates akan datang ke Indonesia. "Bill Gates akan datang ke Indonesia dua pekan lagi. Nah, tahap awalnya, kami akan menawarkan lokasi prototype-nya. Nanti, kami akan mengajaknya untuk survei lokasi," kata Yudi.

Setelah itu, Yudi akan ke Amerika Serikat untuk berbicara tentang rencana pembangunan purwarupa reaktor itu. Itu pun dilakukan jika Menteri BUMN, Dahlan Iskan, menyetujui rencananya.

"Kalau sudah dapat persetujuan Pak Dahlan, saya akan mengejarnya terus," kata dia.

Bangun Reaktor Nuklir Baru, Batan Tekno Gandeng BUMN Rusia

PT Batan Tekno berencana untuk membangun reaktor nuklir baru di Indonesia. Perusahaan pelat merah ini akan menggandeng perusahaan sejenis dari Rusia, Rosatom State Nuclear Energy Corporation. Nantinya, reaktor ini akan memproduksi uranium cair.

"Kami bekerja sama dengan Rosatom, BUMN Rusia di bidang nuklir. Perusahaannya besar, karyawannya sekitar 160.000 orang, dan mereka sudah membangun reaktor nuklir di Blok Soviet. Teknologi Rusia kami pilih karena bisa mengembalikan full recovery," kata Direktur Utama Batan Tekno, Yudiutomo Imardjoko di Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu 12 Maret 2014.

Yudi, sapaan Yudiutomo Imardjoko, menjelaskan, Rusia yang akan memproduksi reaktor itu, lalu akan dikirim ke Indonesia untuk ditanam.

Perusahaan BUMN itu, menurut Yudi, juga mengirimkan beberapa karyawannya untuk memberikan standar-standar pengayaan uranium Batan Tekno kepada Rusia.

Sebelumnya, Yudi mengungkapkan, biaya pembangunan reaktor baru itu mencapai Rp2 triliun. Tetapi, dia meralatnya.

"Kami bisa menghitung ulang. Tidak sampai Rp2 triliun. Cukup dengan US$75,5-80 juta atau sekitar Rp800-900 miliar. Pendanaannya 70 persen berupa loan dari Russian Development Bank dan 30 persen dari equity," kata dia.

Yudi memaparkan, BUMN teknologi ini nantinya akan memiliki 51 persen saham pada reaktor tersebut, sedangkan 49 persennya dari Rusia.

"Nah, yang 30 persen ini kami belum mampu. Makanya, kami mengajak Waskita, Pertamina, dan Dahana untuk investasi," kata dia.

Dia menambahkan, reaktor tersebut akan menggunakan uranium cair dan kapasitasnya sebesar 1.200-1.500 currie per minggu. Daya listrik yang dipakai pun sebesar 150 kilovolt.

Daya ini lebih kecil ketimbang daya listrik yang dikonsumsi reaktor nuklir di Serpong, Banten, yang sebesar 30 MW. Dia menuturkan, uranium cair dianggap lebih hemat ketimbang uranium berupa lempengan.

"Reaktor di Serpong berupa lempengan dan perlu diganti setahun sekali. Kalau yang baru, reaktornya diganti sepuluh tahun sekali," kata dia.

Terkait lokasi, Yudi menjelaskan, Menteri BUMN, Dahlan Iskan, menyarankan dibangun di Subang, karena berdekatan dengan fasilitas teknologi milik Dahana.

"Kami memutuskan untuk segera mendapatkan izin di Subang. Kami akan melakukan sampling udara dan meteorologi di Subang. Tapi, ada kendalanya. Produk kami itu juga diekspor dan harus berdekatan dengan bandara. Kalau di Subang, jauh," kata dia.


  ♞ Vivanews  

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More