blog-indonesia.com

Senin, 06 Juli 2015

Panas Bumi Harta Karun Energi RI

Apa Itu Panas Bumi Harta Karun Energi RI? http://images.detik.com/content/2015/07/06/1034/tekoair.jpgPresiden Joko Widodo (Jokowi) mengeluarkan perintah kepada para menterinya, untuk memprioritaskan proyek pembangkit listrik ramah lingkungan, salah satunya panas bumi (geothermal).

Jokowi menyebut, Indonesia punya potensi panas bumi berlimpah sebesar 28.000 megawatt (MW) tapi baru 5% yang dimanfaatkan.

Sebenarnya apa itu panas bumi (geothermal)?

Berdasarkan data PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) yang dikutip detikFinance, Senin (6/7/2015), Indonesia memiliki cadangan geothermal sebesar 40% dari cadangan global.

Indonesia memiliki potensi yang luar biasa untuk mengembangkan energi geothermal, guna menjawab kebutuhan energi nasional dan dunia.

Berbeda dengan energi fosil seperti minyak bumi dan batu bara, energi geothermal dapat diperbaharui dengan cara menjaga kandungan air yang berinteraksi dengan panas yang berasal dari dalam bumi.

Geothermal merupakan energi yang dihasilkan dari interaksi panas batuan dengan air yang mengalir di sekitarnya. Interaksi tersebut menghasilkan uap atau air panas yang dapat dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin dan menghasilkan listrik.

Secara sederhana, dapat digambarkan seperti memasak air menggunakan teko air. Di mana api dari kompor diibaratkan magma panas yang ada di perut bumi, lalu air di dalam teko ibarat air hujan.

Ketika air tersebut panas dan mendidih, menghasilkan uap yang keluar dari mulut teko, mulut teko ini ibaratnya sumur panas bumi, uap yang keluar tersebut 'ditangkap', dialirkan melalui pipa ke fasilitas Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi.

Uap panas bumi ini digunakan sebagai energi untuk memutar turbin dan menghasilkan listrik. Proses ini terus berulang, selama ada air dan panas magma maka menghasilkan uap.
Pakai Listrik Panas Bumi, Impor BBM Bisa Berkurang Drastis http://images.detik.com/content/2015/07/06/1034/pltpkamojang5.jpgPLTP Kamojang Unit 5 Kapasitas 1x35 MW

Ketergantungan Indonesia terhadap bahan bakar fosil saat ini sangat besar. Indonesia tercatat sebagai salah satu pengimpor Bahan Bakar Minyak (BBM) terbesar kedua di dunia. Bila memanfaatkan energi panas bumi untuk listrik, impor BBM tersebut bakal berkurang drastis.

Berdasarkan data Kementerian ESDM yang dikutip detikFinance, Senin (6/7/2015), saat ini energi panas bumi yang dimanfaatkan untuk listrik masih sekitar 1.341 megawatt (MW), atau baru 5% dari potensi yang dimiliki 28.000 MW. Tapi, walau listrik panas bumi baru dimanfaatkan 1.341 MW, impor BBM bisa berkurang 53.333 barel per hari.

Bahkan PT Pertamina (Persero) dalam 5 tahun ke depan menargetkan tambahan beberapa proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), yakni:

PLTP Kamojang 5 (1x35 MW) dan Karaha (1x30 MW) di Jawa Barat,
Ulubelu 3 & 4 (2x55 MW) di Lampung,
Lumut Balai 1 dan 2 (2x55 MW) di Sumatera Selatan,
Lahendong 5 dan 6 (2x20 MW) dan pembangkit skala kecil Lahendong 2x5 MW di Sulawesi Utara,
Sibayak 1x5 MW di Sumatera Utara,
Hululais 1 dan 2 (2x55 MW) di Bengkulu,
Sungai Penuh 1 (1x55 MW) di Jambi.

Keseluruhan proyek tersebut memiliki total kapasitas pembangkitan 505 MW dan investasi sekitar US$ 2,5 miliar.

"Proyek-proyek tersebut akan mulai beroperasi komersial secara bertahap mulai 2015 hingga 2019. Dengan tuntasnya proyek-proyek tersebut, Pertamina akan memiliki kapasitas PLTP total sebesar 907 MW pada tahun 2019, yang dapat menghemat penggunaan BBM sekitar 43.000 barel setara minyak per hari," kata Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Dwi Soetjipto, kemarin.

Pemerintah memiliki target ambisius, pada 2025 ditargetkan pemanfaatan panas bumi mencapai 23% dari sekarang yang hanya 5%. Lalu penggunaan BBM untuk listrik di 2025 hanya 25%. (rrd/dnl)
Arab Saudi Rajanya Minyak, RI Rajanya Panas Bumi http://images.detik.com/content/2015/07/06/1034/ringoffire.jpgdata PGE

Letak Indonesia yang berada di 'ring of fire' membuat negara ini memiliki harta karun energi yakni panas bumi terbesar di dunia.

Bahkan bisa dibilang, kalau Arab Saudi rajanya minyak bumi, Indonesia rajanya panas bumi. Minyak bisa diekspor atau diangkut ke mana-mana, sementara panas bumi tak bisa diekspor, jadi anugerah harta karun luar biasa ini sangat bila tidak di manfaatkan.

Berdasarkan data PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) anak usaha PT Pertamina (Persero), yang dikutip detikFinance, Senin (6/7/2015), Indonesia yang terletak dalam jalur tumbukan antara lempeng Samudera Australia dan lempeng Benua Asia, membuat potensi panas bumi besar.

Jalur magma ini didapat dari gunung-gunung api yang berjejer, dari ujung Sumatera, Jawa, NTT, dan Sulawesi.

Tidak mengherankan, sejak puluhan tahun lalu, sudah muncul data dan fakta bahwa Indonesia memiliki potensi panas bumi terbesar di dunia. Berikut daftarnya:

Indonesia punya potesi panas bumi untuk listrik sebesar 28.000 megawatt (MW). Tapi baru termanfaatkan sekitar 1.300 MW.
Amerika Serikat, punya potensi panas bumi hingga 23.000 MW tapi baru dimanfaatkan 3.000 MW lebih.
Jepang, punya potensi panas bumi 20.000 MW, yang baru dimanfaatkan 1.000 MW.
Sisanya potensi panas bumi tersebar di berbagai negara dengan potensi 20.000 MW.
Namun, negara yang paling banyak memanfaatkan potensi panas bumi, yakni:

Filipina, walau hanya memiliki potensi 6.000 MW, negara ini sudah memanfaatkan panas bumi untuk listrik sebesar 2.000 MW
Meksiko, dari potensi 6.000 MW yang sudah dimanfaatkan sebanyak 1.000 MW
Islandia, dari potensi 6.000 MW, yang sudah dimanfaatkan sebanyak 1.000 MW(rrd/dnl)
Lokasi Harta Karun Energi RI yang Belum Terjamah http://images.detik.com/content/2015/07/06/1034/potensipanasbumi.jpgPresiden Joko Widodo (Jokowi) ingin dimasa pemerintahannya, pemanfaatan pembangkit listrik ramah lingkungan menjadi prioritas. Salah satunya panas bumi, harta karun energi milik Indonesia yang jumlahnya berlimpah. Berdasarkan data Badan Geologi Kementerian ESDM, yang dikutip detikFinance, Senin (6/7/2015), Indonesia memiliki panas bumi tersebar dari Sumatera hingga Papua.

Berikut sebaran potensi panas bumi Indonesia:

Sumatera, ada 93 lokasi, potensi mencapai 12.837 megawatt (MW), tapi baru termanfaatkan 122 MW.
Jawa, ada 71 lokasi dengan potensi 9.757 MW, baru termanfaatkan 1.189 MW,
Bali-Nusa Tenggara, ada 33 lokasi, dengan potensi 1.872 MW, tapi baru termanfaatkan 12,5 MW,
Kalimantan, ada 12 lokasi dengan potensi 145 MW tapi belum termanfaatkan,
Sulawesi ada 70 lokasi, dengan potensi 3.153 MW, tapi baru termanfaatkan 80 MW,
Maluku, ada 30 lokasi dengan potensi 1.071 MW, tapi belum termanfaatkan,
Papua, ada 3 lokasi dengan potensi 75 MW, tapi belum termanfaatkan.

Sehingga total potensi panas bumi ada sekitar 28.910 MW, tapi baru termanfaatkan 1.403,5 MW.

Dari 1.403,5 MW yang sudah termanfaatkan, berikut daftar Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang sudah beroperasi:

Sibayak, kapasitas 12 MW, Brastagi, Sumatera Utara
Salak kapasitas 377 MW, Sukabumi, Jabar
Wayang Windu kapasitas 227 MW di Pengalengan, Jabar
Patuha kapasitas 55 MW, di Pengalengan, Jabar
Kamojang kapasitas 200 MW, Garut, Jawa Barat + tambahan 35 MW dari unit 5 yang diresmikan kemarin oleh Presiden

Darajat kapasitas 270 MW, di Garut, Jawa Barat
Dieng kapasitas 60 MW di Banjarnegara, Jawa Tengah
Lahendong kapasitas 80 MW di Tomohon, Sulawesi Utara
Ulubelu kapasitas 110 MW di Lampung
Ulumbu kapasitas 10 MW di desa Wewo, Kecamatan Satar Mese, Kabupaten Manggarai Tengah, NTT
Mataloko kapasitas 2,5 MW di Kupang.(rrd/dnl)
Jokowi Pun Berkicau Soal Harta Karun Energi RI http://images.detik.com/content/2015/07/06/1034/pltpkamojang6.jpgPresiden Joko Widodo (Jokowi) menyoroti minimnya pemanfaatan energi panas bumi untuk listrik, padahal potensi yang dimiliki Indonesia sangat berlimpah. Sayang, harta karun energi yang sangat besar ini banyak menganggur tak digunakan.

Jokowi melalui akunnya @Jokowi, berkicau tentang harta karun energi Indonesia yakni panas bumi dengan hastag #EnergiKita.

Ia mengungkapkan, panas bumi merupakan berkah yang tersembuyi, dan Jokowi ingin berkah tersebut segera dimanfaatkan.

"Kita harus melakukan percepatan bauran energi terbarukan. Energi fosil harus mulai dikurangi #Energikita. Kita punya panas bumi, angin, air, biomasa, dan bioenergi yang belum tergarap maksimal," kicau Jokowi dalam akun @Jokowi yang dikutip detikFinance, Senin (6/7/2015).

Jokowi menyebut, Indonesia masuk dalam negara cincin api sehingga memiliki potensi panas bumi yang melimpah. Studi dan penelitian terkait energi terbarukan juga telah dilakukan sehingga faktor keamanan sudah diperhitungkan.

"Bahkan sampah dan kotoran ternak juga merupakan potensi energi. Sebagai bahan bakar alternatif ramah lingkungan. Kandungan CO2 hasil pembakaran sangat kecil. Aman," imbuh dia.

Selain itu, ada pula gas yang berasal dari rawa gambut yang juga bisa diolah menjadi sumber energi. Potensi itu sangat mungkin dikembangkan di luar pulau Jawa.

"Tugas kita semua: pemerintah, swasta, dan masyarakat untuk mengeksplorasinya sambil menjaga kelestarian lingkungan. Semoga negeri kita selalu diberkati Allah, makin maju dan kemandirian energi nasional terwujud," kata Jokowi. (rrd/dnl)
Harta Karun Energi RI Ini Tak Terjamah Karena Birokrasi http://images.detik.com/content/2015/07/06/1034/143737_pltpkamojang3.jpgPresiden Joko Widodo (Jokowi) telah mengeluarkan perintah agar para menterinya memprioritaskan proyek pembangkit listrik ramah lingkungan, salah satunya panas bumi.

Mengapa panas bumi? Karena ini merupakan harta karun energi yang dimiliki Indonesia, potensinya besar, namun masih minim dimanfaatkan.

Bahkan Jokowi menyebut, panas bumi sebagai berkah yang tersembunyi.

Namun, sebenarnya untuk memanfaatkan potensi panas bumi ini tidaklah mudah dan murah, serta perlu waktu yang panjang. Salah satu yang buat lamanya proses pemanfaatan panas bumi ini adalah banyak dan panjangnya rantai birokrasi.

Berdasarkan data PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) anak usaha Pertamina yang dikutip detikFinance, Senin (6/7/2015), proses bisnis utama Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) paling cepat memakan waktu 10 tahun, hingga uap bisa 'jadi' listrik.

Proses pertama yakni proses head of agrrement dan notice of resources confirmation. Di mana untuk mengelola suatu wilayah kerja panas bumi harus menang lelang terlebih dahulu.

Kemudian setelah wilayah kerja didapat, perusahaan melakukan uji potensi panas bumi, survei, uji geologi, dan lainnya, proses ini memakan waktu 6 bulan-2 tahun.

Setelah proses tersebut, kemudian dilanjutkan pada tahap eksplorasi, melakukan pengeboran sumur panas bumi. Proses ini yang paling sulit adalah mengurusi izin. Tanpa pegang izin, pengeboran tidak mungkin dilakukan.

Izin yang minimal harus dipenuhi adalah izin AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup) atau UKL-UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan). Kemudian izin lokasi, izin penggunaan lahan untuk kegiatan kesplorasi dari Kementerian Kehutanan (karena sebagian besar wilayah panas bumi ada di hutan).

Selanjutnya harus memenuhi Surat Izin Pengambilan dan Pemanfaatan Air, sampai Izin Mendirikan Bangunan. Tahap eksplorasi ini memakan waktu 2-3 tahun lamanya.

Tahap selanjutnya, proses negosiasi harga uap/listrik, bila 'deal' dengan PLN, maka perusahaan akan melakukan eksploitasi.

Dalam proses ini, juga wajib memenuhi berbagai izin, termasuk izin Amdal kembali. Izin Amdal ini tidak termasuk izin Amdal pertama pada saat eksplorasi.

Kemudian juga harus izin lokasi, IPPKH, IMB, sampai SIPPA kembali. Lalu menyiapkan lahan (pembebasan lahan yang tidak mudah), baru melakukan pengeboran sumur eksploitasi.

Proses eksploitasi ini memakan yakni paling tidak 3-5 tahun lamanya. Termasuk dalam tahap Front End Engineering and Design (FEED) dan engineering, procurement and construction (EPC).

Apalagi, walau potensi panas bumi besar, tapi setiap pengeboran sumur kadang kali tidak ketemu uap yang dibutuhkan, bahkan sumur menghasilkan uap tetap panasnya tak cukup untuk pembangkit listrik. Padahal modal untuk satu kali pengeboran sumur panas bumi, biayanya sama dengan mengebor sumur minyak yang menghabiskan dana sekitar US$ 10 juta. Kalau tak dapat uap, maka risiko ditanggung sendiri oleh investor.
Tarif Panas Bumi Sudah Menarik Bagi Investor http://images.detik.com/content/2015/07/06/1034/172636_pltpkamojang5.jpgPresiden Joko Widodo (Jokowi) memerintahkan para menterinya khususnya Menko Maritim Indroyono Soesilo, untuk memprioritaskan proyek listrik ramah lingkungan, salah satunya panas bumi. Walaupun sebenarnya biaya investasi dan tarifnya jauh lebih mahal daripada pembangkit listrik lainnya.

"Sebenarnya tahun lalu sudah ada Permen ESDM yang mematok harga tarif listrik panas bumi. Dengan tarif yang ditentukan tersebut sudah cocok, itu swasta bisa masuk," kata Indroyono di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (6/7/2015).

Berdasarkan Permen ESDM Nomor 17 Tahun 2014, harga patokan tertinggi pembelian listrik dari PLTP oleh PT PLN (Persero), bila proyek listriknya beroperasi atau commercial operation date (COD) pada Tahun:

2015, tarif dari US$ 11,8-US$ 25,4 per kWh
2016, tarif listrik US$ 12,2-US$ 25,8 per kWh
2017, tarif dari US$ 12,6-US$ 26,2 per kWh
2018, tarif US$ 13-US$ 26,2 per kWh
2019, tarif US$ 13,4-US$ 27 per kWh
2020, tarif US$ 13,8-US$ 27,4 per kWh
2021, tarif US$ 14,2-US$ 27,8 per kWh
2022, tarif US$ 14,2-US$ 28,3 per kWh
2023, tarif US$ 15-US$ 28,7 per kWh
2024, tarif US$ 15,5-US$ 29,2 per kWh
2025, tarif US$ 15,9-US$ 29,6 per kWh.

Berdasarkan ketentuan tersebut, bagi investor sudah menguntungkan untuk investasi PLTP di Indonesia. Tapi, ia mengakui bila harga pembelian listrik PLTP oleh PLN ini memang lebih mahal dibandingkan dengan listrik yang menggunakan energi batubara (PLTU). Akan tetapi energi panas bumi lebih ramah lingkungan.

"Karena kalau harganya batubara hanya US$ 4-5 sen/kWh. Tapi kan emisi ‎polusinya gede," ujarnya.

Menurutnya, energi panas bumi akan menjadi prioritas pemerintah dalam tahun depan dan selanjutnya. Termasuk juga di dalamnya energi angin, matahari, biomas dan lainnya.

"Jadi permintaan presiden adalah angin, panas bumi, biomas, surya. Harus didorong. Karena dr potensi 28 ribu mw baru terpakai 5%," terang Indroyono. (mkl/rrd)

  ★ detik  

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More