blog-indonesia.com

Sabtu, 30 Januari 2016

Bandara Harun Thohir di Bawean Belum Siap Beroperasi

Warga mengamati pesawat King Air yang ditumpangi Menteri Perhubungan Ignasius Jonan melakukan penerbangan pertama di Bandara Harun Thohir, di Pulau Bawean, Gresik, Jawa Timur, Rabu (23/9/2015) [Ant_Zabur Karuru]

Bandar Udara Harun Thohir, di Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, belum siap beroperasi pada Januari 2016. Sebab uji coba pendaratan pesawat di lapangan terbang perintis itu baru akan dilakukan pada akhir bulan ini.

"Sebelum diresmikan harus diuji coba dulu. Rencananya uji coba akan dilakukan akhir Januari ini. Jadi peresmiannya kalau tidak akhir Januari ya awal Februari," kata Kepala Dinas Perhubungan dan lalu Lintas Angkutan Jalan Jawa Timur, Wahid Wahyudi, di Surabaya, Senin (18/1/2016).

Sebelumnya, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan menargetkan Bandara Harun Thohir beroperasi paling lambat awal 2016. Menurut Wahid, molornya jadwal rencana pengoperasian ini lantaran sejumlah sarana masih dalam pengerjaan.

"Yang jelas, lapangan terbang di Bawean akan beroperasi paling lambat awal Februari. Yang ngomong langsung beliau sendiri, beliau juga yang nantinya akan meresmikan langsung bersama Gubernur Jawa Timur Soekarwo," ujar dia.

Maskapai penerbangan yang akan beroperasi di Bandara Harun Thohir di antaranya Air Fast. Pesawat yang akan digunakan jenis Cessna berkapasitas 18 penumpang. Air Fast akan melayani penerbangan Surabaya-Sumenep, Sumenep-Jember, Jember-Sumenep, Sumenep-Surabaya, Surabaya-Bawean, dan Bawean-Surabaya.

"Nantinya akan beroperasi dalam seminggu tiga kali. Sementara untuk harga tiketnya antara kisaran Rp 400 ribu untuk Surabaya-Bawean dan sebaliknya. Sedangkan Surabaya-Jember dan Surabaya-Sumenep kisaran Rp 350 ribu. Tapi harga ini masih belum pasti karena masih kami bahas," pungkasnya.

Lapangan terbang yang memiliki panjang landasan 930 meter dan lebar 23 meter itu diberi nama Bandara Harun Thohir. Nama itu diambil dari nama Kopral Dua Korps Komando Operasi (Anumerta) Harun Said bin Muhammad Ali. Pria kelahiran Pulau Bawean, 4 April 1947, itu merupakan salah satu dari dua anggota KKO (kini disebut Korps Marinir) yang ditangkap di Singapura saat terjadinya konfrontasi dengan Malaysia. Harun bersama Usman dihukum gantung oleh Pemerintah Singapura pada Oktober 1968 dengan tuduhan meletakkan bom di pusat kota Singapura pada 10 Maret 1965.

 Berikut dibawah infografis dari detik : 

Bandara Baru Pakai Nama Pahlawan Nasional Yang Dieksekusi di Singapura

  ✈️ metrotvnews  

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More