blog-indonesia.com

Kamis, 21 Januari 2016

Bersabarlah, Tidak Sekedar membeli

Ilustrasi PKR 125 [GM]

Andai bersemayam hasrat hawa nafsu dengan sejumlah anggaran yang digelontor secara besar-besaran untuk militer Indonesia, lalu kita membeli dalam kapasitas besar sejumlah alutsista gahar teknologi terkini, maka tetap saja kapasitas kita adalah sebagai pembeli barang militer. Pemerintah Indonesia tidak lagi ingin terjebak dalam sebutan pembeli tetapi bertekad menguasai teknologi militer strategis terkini.

Anggaran yang digelontor sebesar 18 trilyun tahun ini bukanlah angka yang main-main untuk sebuah proyek jet tempur teknologi terkini KFX / IFX kerjasama dengan Korea Selatan. Jumlah 18 trilyun itu jika dibelikan jet tempur Sukhoi SU35 bisa mendapatkan 4 skuadron pesawat lengkap dengan persenjataannya. Tetapi pemerintah telah berhitung cermat dan sabar untuk waktu 5-7 tahun lagi, mengeluarkan dana besar untuk sebuah harga teknologi jet tempur. Meski begitu TNI AU tahun ini tetap dibelikan 12 jet tempur Sukhoi SU35 lengkap dengan persenjataannya.

Selain mega proyek KFX / IFX Indonesia dan Korsel sudah melakukan kerjasama transfer teknologi untuk pembuatan 3 kapal selam canggih Changbogo. Hasil karya itu akan diperlihatkan akhir tahun ini dengan selesainya kapal selam pertama. Kemudian berturut-turut kapal selam kedua tahun depan dan kapal selam ketiga yang sudah dibuat di PAL Surabaya tahun 2018. Kapal selam ke empat dan seterusnya sudah dapat diproduksi PAL hingga bisa mencapai 10 buah sampai tahun 2024.

Demikian juga dengan proyek kerjasama teknologi kapal perang PKR 10514 antara PAL dan Damen Schelde Belanda yang kapal pertamanya diluncurkan tanggal 18 Januari 2016 bersamaan dengan ekspor kapal perang jenis SSV pesanan militer Filipina. Indonesia bekerjasama transfer teknologi dengan Belanda membangun 2 unit kapal perang fregat. Dalam perjalanannya ada penambahan 4 unit lagi sehingga tahun-tahun mendatang ini kita akan mendapatkan 6 unit fregat dengan kemampuan tempur 4 dimensi.

Kabar-kabar menyenangkan ini mestinya membawa rasa bangga kepada militer republik kita, karena program modernisasi TNI tidak hanya meningkatkan kemampuan tempurnya tetapi juga menguasai teknologi militer terkini. Proyek kerjasama dan transfer teknologi jet tempur, kapal selam dan kapal fregat merupakan proyek bergengsi yang diniscayakan akan mampu mengangkat derajat kehebatan militer negeri ini yang sesungguhnya.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjeSk-yLtU_zvFsY2ZPLg7GWIkmdFZUXWsU6bfhu0WHShMFA8gI6snueqeHG6XJCCIzPg2mWq6DW5mdkC2IcNjCjQhu5xtjv7S4b4dC6Z-HH38tTkujsOLoKmGsg1bURzytUUCcqyMxIrNe/s1600/1028+LPD+NG+GM.pngIlustrasi LPD NG [GM]

Negeri ini sejatinya hebat tetapi kehebatan itu dikerdilkan oleh hawa nafsu segelintir orang selama puluhan tahun yang hanya memuaskan dahaga nafsu “bank sakunya”, padahal komitmen pendiri republik jelas menyatakan: membangun bangsaku, bukan bank saku. Pemerintahan yang sekarang jelas sedang membangun bangsaku secara merata utamanya berbagai jenis infrastruktur.

Yang menarik dari pola dan cara berpemerintahan saat ini khususnya dalam program modernisasi tentara adalah mampu meneruskan program yang telah dibuat pemerintahan sebelumnya. Tiga proyek diatas, jet tempur, kapal selam dan PKR 10514 adalah rencana yang telah digulirkan dan dilaksanakan oleh pemerintahan sebelumnya.

Kita berpandangan bahwa cara untuk menguatkan kualitas eksitensi bangsa ini utamanya dalam menjaga harkat dan martabat pertahanannya adalah dengan memperkuat militernya sekaligus menguasai teknologi terkininya. Oleh sebab itu industri pertahanan strategis seperti Pindad, PAL dan PT DI harus dikembangbesarkan dan diberi tanggung jawab untuk mengolahbaguskan dan mengelola teknologi militer yang telah didapatkan. Jangan sampai terjadi lagi keributan seperti soal helikopter kepresidenan. Karena ketidaksamaan persepsi dan perspektif di ruang olah manajemen industri pertahanan PT DI menjadikan publik “berpandangan satu sama lain” kemudian tertawa tak beraturan.

Pada akhirnya manajemen industri pertahanan strategis adalah pemikul tanggung jawab untuk menghasilkan produk alutsista berkualitas tinggi, tentu dengan payung Undang-Undang. Kita sudah punya Pindad yang mampu memproduksi senjata laras pendek dan panjang, panser Anoa, panser Badak, panser Anoa Amfibi dan lain-lain. Demikian juga PAL yang sudah mampu memproduksi kapal perang jenis KCR 60m dan PKR 10514 dan sebentar lagi kapal selam.

Bersabar untuk tidak mengumbar nafsu membeli murni untuk alutsista strategis adalah langkah cerdas. Semua itu memerlukan waktu dan konsistensi. Penguasaan teknologi militer adalah satu cara untuk meningkatkan daya gentar berpertahanan. Dengan begitu pelecehan teritori dengan sendirinya melandai dan tenang tanpa riak. Indonesia telah berjalan diatas kemajuan yang menguat, ekonomi diprediksi tumbuh lebih baik tahun ini. Infrastruktur dibangun secara besar-besaran sebagai rangka utama perjalanan pertumbuhan ekonomi. Penguatan militer juga searah dengan penguatan ekonomi.

Berbaik sangka dengan pemerintahan dan programnya setidaknya menjadi kalimat doa untuk kemajuan bangsa besar ini. Lebih arif lagi tidak lantas membanding-bandingkan dengan pemerintahan sebelumnya. Bahwa semua perjalanan yang kita lakukan dengan pergantian pilot sesuai mekanisme demokrasi pada hakekatnya adalah untuk menjaminkan nilai negeri ini pada perjalanan berikutnya. Kita ada didalamnya dengan peran masing-masing dan patut pula menguatkan jaminan nilai dan harkat negeri ini.
*****
Jagarin Pane / 20 Jan 2016
 

  anlasis alutsista  

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More