blog-indonesia.com

Sabtu, 26 November 2016

✬ Mekatronik Mortir 81mm Dislitbangad

♜ Untuk Yon Mekanis TNI AD https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjoMYnQQ8kquXaqmSYj5HHDThtu7mzp_mNE7E9sbaq68qqdJ4n78O1aDCz-IXtAfY-Sl_XsT7ZDylKjO599VcQ2ByxCFJ0VUcCQp5fXV_8htKk3UnyIAogAqEzqGJ7FHDpuUO47Ia67oQxf/s1600/Mekatronik+Mortir+81mm+Dislitbang+AD.+%255BAryo+Nugroho%255D.jpgMekatronik Mortir 81mm Dislitbang AD. [Aryo Nugroho] ✬
Dalam doktrin infantri mekanis, satu batalyon infantri mekanis yang bergerak menggunakan kendaraan angkut pasukan/ kendaraan tempur, dukungan bantuan tembakan organik disediakan oleh kompi mortir yang diusung menggunakan platform kendaraan angkut khusus yang dimodifikasi sedemikian rupa sehingga kuat menahan hentakan saat peluru mortir dilepaskan dari laras.

Sebagai contoh M1129 Stryker Mortar Carrier dan M106 Mortar Carrier (varian dari M113). Kendaraan angkut tersebut dimodifikasi dengan sistem lantai kendaraan lebih kuat dan tebal, serta atap yang bisa dibuka untuk menembakkan mortir. Mortir yang digunakan biasanya 120mm sehingga jangkauannya cukup jauh mencapai 8 kilometer dengan daya hancur menyamai artileri medan berbasis howitzer 105mm.

Di Indonesia, TNI AD memang masih mengandalkan mortir 81mm. Ketika PT. Pindad memperkenalkan kendaraan angkut pasukan lapis baja Anoa, sudah disiapkan pula varian Mortar Carrier dari Anoa. Atapnya bisa dibuka untuk mendirikan laras mortir. Sayangnya, masih terdapat sejumlah kelemahan pada Anoa Mortar Carrier.

Dari sistem mortir utamanya, masih mengandalkan pada mortir 81mm dengan modifikasi besar. Laras mortir 81mm didudukkan pada clamp yang terhubung dengan empat per keong berukuran besar. Untuk menggerakkan dan mengarahkannya pun masih sangat manual, harus diputar sendiri oleh awak mortir. Sistem mortir tersebut pun tidak bisa diaplikasikan pada platform yang lebih ringan.

Mekatronik Mortir 81mm. Sumber gambar: Aryo NugrohoMekatronik Mortir 81mm. [Aryo Nugroho]

Nah, untuk mengatasi keterbatasan-keterbatasan tersebut, Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AD (Dislitbangad) pun mengeluarkan inovasinya. Sistem yang dikembangkan sementara diberi nama Mekatronik Mortir 81mm. Bentuknya mirip SRAMS (Super Rapid Advanced Mortar System) buatan perusahaan ST Kinetics Singapura. Purwarupa Mekatronik mortir 81mm ini pun dipamerkan dalam pameran IDEF 2016.

Mekatronik mortir 81mm ini memiliki fitur pengoperasian secara otomatis, berkat pemasangan motor DC sebagai penggerak yang juga dapat dipasok dari sistem kelistrikan kendaraan. Pengaturan sudut dongak (elevasi) dan sudut hadap kiri-kanan (traversi) sepenuhnya dapat diatur dengan kontrol elektrik dari sistem panel kontrol berbasiskan laptop.

Software pengendali Mekatronik mortir 81mm inipun sudah dilengkapi dengan sistem komputer balistik pengukur jarak dan koordinat sasaran, disesuaikan dengan jenis proyektil dan charges yang digunakan sehingga didapatkan solusi penembakan yang akurat. Sebagian dari fungsi kontrol tersebut bahkan dapat diaplikasikan dari smartphone berbasis Android melalui koneksi wifi sehingga penembakan dapat dilakukan secara remote dari luar kendaraan. Untuk pengisian peluru masih dilakukan dari arah atas, belum mengadopsi sistem breech loading yang lebih aman bagi awak. Sistem peredam kejut pada Mekatronik mortir 81mm disediakan oleh dua sistem piston di kiri-kanan laras yang masih dibungkus lagi dengan coil spring, membuat dimensinya masih lebih kompak dari sistem peredam kejut yang ditawarkan oleh PT. Pindad.

Targetnya, sistem ini dapat dipasang pada kendaraan taktis 4×4 pada bagian bak belakang sehingga meminimalkan footprint dan kebutuhan kendaraan untuk menggelar Mekatronik mortir 81mm ini. Mari kita dukung agar Dislitbangad berhasil menyelesaikan purwarupa ini ke tahap produk jadi yang bisa diadopsi oleh TNI, sehingga dapat bermanfaat untuk meningkatkan kemandirian pertahanan RI.

 Spesifikasi Mekatronik Mortir 81mm 

⚒ Dimensi : 150x220x170cm
⚒ Panjang laras : 150cm
⚒ Lebar laras : 50cm
⚒ Traversi : 14o kiri-kanan
⚒ Elevasi : 45o s/d 82o
⚒ Berat : 700kg
⚒ Daya : Arus DC 100 watt (standby)/ 2.200 watt (pengoperasian)

Author: Aryo Nugroho

  Angkasa  

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More